Breaking News

Post Holiday Blues: Saat Liburan Usai, Kenapa Hati Terasa Kosong?

Infografis (dirgantaraonline)

Dirgantaraonline -
 Saat koper sudah kembali ke sudut kamar, pakaian kembali rapi di lemari, dan feed media sosial mulai sepi dari unggahan foto liburan, banyak orang mendadak merasa hampa. Semangat yang semula membuncah saat menyambut libur panjang, kini berubah menjadi lesu, malas, bahkan cemas tanpa alasan yang jelas. Fenomena ini dikenal dengan sebutan "post-holiday blues" sebuah kondisi psikologis yang sering muncul setelah masa liburan berakhir.

Apa Itu Post-Holiday Blues?

Post-holiday blues, atau kesedihan pasca-liburan, adalah kondisi emosional yang muncul setelah seseorang kembali ke rutinitas harian usai menjalani masa liburan yang menyenangkan. Istilah ini bukanlah diagnosis klinis, namun secara umum merujuk pada perasaan tidak nyaman yang ditandai dengan mood rendah, kelelahan emosional, hingga kehilangan motivasi.

Menurut psikolog klinis, kondisi ini mirip seperti jet lag emosional—tubuh telah kembali ke rutinitas, namun pikiran dan hati masih tertinggal di suasana liburan. Ini bisa dialami siapa saja: pekerja kantoran, pelajar, bahkan ibu rumah tangga yang merasa kehilangan momen kebersamaan keluarga saat liburan.

Mengapa Ini Terjadi?

Secara psikologis, liburan memberikan otak "hadiah" berupa dopamin dan serotonin—dua hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan senang. Namun saat liburan berakhir, aliran hormon bahagia itu berkurang drastis. Otak pun bereaksi seperti kehilangan sumber kenikmatan, menciptakan sensasi hampa dan tidak bersemangat.

Kondisi ini diperparah dengan realita yang harus dihadapi setelah liburan: tumpukan pekerjaan, jadwal padat, atau bahkan masalah yang sempat tertunda selama liburan. Kombinasi antara kehilangan momen bahagia dan tekanan rutinitas membuat transisi terasa berat.

Gejala yang Harus Diwaspadai

Post-holiday blues kerap dianggap sepele, padahal jika dibiarkan bisa berdampak serius pada produktivitas dan kesehatan mental. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:

  1. Mood Swing Mendadak
    Merasa sangat sedih, mudah marah, atau murung tanpa alasan jelas setelah liburan selesai.

  2. Kehilangan Motivasi
    Tugas sehari-hari terasa berat, padahal sebelumnya biasa saja. Bahkan hal sederhana seperti bangun pagi atau membalas email terasa melelahkan.

  3. Sulit Fokus
    Pikiran melayang ke kenangan liburan, sulit berkonsentrasi saat bekerja atau belajar.

  4. Perubahan Pola Tidur dan Makan
    Susah tidur, bangun terlalu siang, atau kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, beberapa orang bisa makan berlebihan untuk mengatasi stres.

  5. Rasa Cemas Berlebihan
    Muncul kekhawatiran tak beralasan tentang pekerjaan, masa depan, atau hal-hal kecil yang sebelumnya tak menjadi masalah.

  6. Menarik Diri dari Sosial
    Enggan bersosialisasi, merasa malas bertemu orang lain, bahkan pada keluarga atau teman dekat.

Jika gejala ini berlangsung lebih dari dua minggu dan mulai mengganggu aktivitas harian, bisa jadi itu bukan sekadar post-holiday blues, melainkan tanda gangguan depresi yang membutuhkan penanganan profesional.

Cara Mengatasi dan Mencegah Post-Holiday Blues

Mengelola kesedihan pasca-liburan tidak bisa dilakukan dalam semalam. Namun ada beberapa cara yang bisa membantu Anda menyesuaikan diri secara perlahan:

  1. Ciptakan Transisi yang Lembut
    Jangan langsung menumpuk jadwal di hari pertama kembali bekerja. Sisihkan waktu sehari untuk adaptasi sebelum kembali ke rutinitas penuh.

  2. Bawa Pulang Kebahagiaan Liburan
    Tempel foto-foto liburan di meja kerja, putar playlist perjalanan, atau masak makanan yang Anda cicipi saat berlibur. Ini membantu mempertahankan suasana positif.

  3. Jadwalkan Kegiatan Menyenangkan Berikutnya
    Tidak perlu menunggu liburan panjang. Merencanakan hal kecil seperti staycation akhir pekan, nonton konser, atau quality time bersama sahabat bisa memberi semangat baru.

  4. Rutin Berolahraga dan Jaga Pola Tidur
    Aktivitas fisik membantu merangsang hormon endorfin yang meningkatkan suasana hati. Tidur cukup pun menjadi fondasi kesehatan mental.

  5. Bicara dengan Orang Terdekat
    Ceritakan perasaan Anda. Terkadang, hanya dengan mendengar bahwa orang lain juga mengalami hal serupa, beban emosional terasa lebih ringan.

  6. Fokus pada Hal Positif dari Rutinitas
    Cari sisi menyenangkan dari pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Misalnya, rekan kerja yang suportif, proyek baru yang menantang, atau sekadar kopi pagi favorit Anda.

Liburan Berakhir, Tapi Bahagia Bisa Tetap Ada

Post-holiday blues bukan pertanda bahwa Anda lemah atau tidak bersyukur. Justru itu menunjukkan bahwa liburan tersebut benar-benar berarti. Yang penting adalah menyadari bahwa perasaan itu valid, namun tidak harus dibiarkan menguasai hidup.

Belajar kembali mencintai rutinitas dan menghargai hal-hal kecil dalam keseharian adalah kunci untuk bangkit dari keterpurukan pasca-liburan. Karena sejatinya, liburan yang sesungguhnya bukan hanya tentang pergi jauh, tapi bagaimana kita bisa menemukan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

(*)

#PostHolidayBlues #Gayahidup #Lifestyle