Prabowo Nilai Kinerja Pemerintahannya 6 dari 10: Pengakuan Jujur di Tengah Ambisi Besar
Presiden Prabowo Subianto usai melayat Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang Mgr Petrus Turang di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Jumat
D'On, Bogor – Dalam sebuah pertemuan tertutup namun hangat bersama sejumlah pemimpin redaksi dari tujuh media nasional, Presiden Prabowo Subianto memberikan penilaian jujur atas kinerjanya selama 150 hari pertama memimpin Kabinet Merah Putih. Skor yang ia berikan untuk dirinya sendiri? Enam dari sepuluh.
Di kediaman pribadinya yang terletak di perbukitan Hambalang, Bogor, Prabowo menyampaikan refleksi tersebut bukan dengan nada pesimistis, melainkan sebagai bentuk kesadaran diri atas kompleksitas pekerjaan sebagai kepala negara. Dengan mengenakan batik sederhana dan didampingi secangkir teh panas, Prabowo berbicara lugas namun bersahaja.
"Tidak mudah memenuhi semua harapan rakyat dengan cepat," ujarnya, sembari mengakui bahwa banyak ekspektasi publik yang belum mampu ia jawab dalam waktu yang singkat. "Saya beri diri saya nilai 6 dari 10."
Namun di balik angka yang tampak sederhana itu, Prabowo menegaskan bahwa ada banyak pencapaian signifikan yang telah dicapai pemerintahannya. Ia menyebut capaian tersebut sebagai bagian dari passing grade—bukti bahwa fondasi awal yang dibangun selama lima bulan ini layak menjadi pijakan untuk lompatan-lompatan berikutnya.
Prestasi Awal: Stabilitas dan Produktivitas
Salah satu pencapaian yang dibanggakan Prabowo adalah kestabilan harga pangan, yang menurutnya berhasil dijaga berkat kebijakan distribusi dan logistik yang lebih efisien. Tak hanya itu, Indonesia mencatatkan produksi beras tertinggi dalam tujuh tahun terakhir—angka yang disebutnya sebagai hasil kerja keras kolektif para petani, birokrat, dan teknologi pertanian yang semakin ditingkatkan.
"Kita berhasil menjaga kestabilan harga, dan itu bukan hal kecil," tegasnya. "Produksi beras tertinggi dalam tujuh tahun terakhir adalah bukti bahwa kita berada di jalur yang benar."
Prabowo juga menyoroti lahirnya Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara—disingkat Danantara—yang ia klaim sebagai lembaga strategis untuk menjaring dan mengelola investasi jangka panjang bagi pembangunan nasional.
Janji Reformasi Birokrasi: Orang Tepat, Waktu Tepat
Dalam kesempatan itu, Prabowo menyinggung filosofi manajerial yang menjadi pegangan utamanya: The right person at the right place at the right time. Baginya, keberhasilan organisasi, termasuk pemerintahan, bertumpu pada kemampuan memilih dan menempatkan orang-orang yang kompeten dan berintegritas.
Sebagai contoh, ia mengangkat kinerja Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang berani mengambil langkah tegas dengan memberhentikan pejabat-pejabat kementerian yang dianggap tidak bekerja maksimal. Menurut Prabowo, tindakan itu bukan hanya soal disiplin, tetapi juga soal membuka ruang bagi generasi baru yang selama ini belum mendapatkan kesempatan.
"Masih banyak orang baik, anak-anak muda hebat, yang belum diberi kesempatan. Pemerintah ini harus jadi pintu bagi mereka," katanya dengan nada penuh harap.
Reformasi Regulasi: Dari Bertahun-Tahun Jadi Tiga Minggu
Di luar sektor ekonomi dan sumber daya manusia, Prabowo mengungkapkan capaian penting dalam bidang administrasi dan peraturan perundang-undangan. Di masa lalu, menurutnya, penerbitan Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Presiden (Perpres), hingga Peraturan Pemerintah sering memakan waktu berbulan-bulan—bahkan lebih dari setahun.
Namun kini, kata Prabowo, dengan pendekatan yang lebih pragmatis dan koordinasi antarlembaga yang diperketat, beberapa regulasi strategis berhasil diselesaikan dalam waktu hanya tiga minggu.
"Ini bukan sekadar efisiensi birokrasi, ini adalah transformasi budaya kerja," tegasnya.
Penilaian Diri: Kejujuran Sebagai Strategi
Penilaian Prabowo atas dirinya sendiri tampak sederhana—enam dari sepuluh. Namun di balik angka itu, tersirat filosofi yang lebih dalam. Bagi Prabowo, mengakui kekurangan bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kesadaran dan kesiapan untuk terus belajar serta memperbaiki diri.
Pertemuan di Hambalang itu tidak berlangsung dengan formalitas berlebihan, tapi penuh nuansa kontemplatif. Ia tidak menutup-nutupi tantangan yang masih harus dihadapi, dari ketimpangan ekonomi, pendidikan, hingga infrastruktur yang belum merata.
Namun ia berjanji: lima bulan ke depan, dan seterusnya, akan menjadi medan tempur politik dan manajerial yang akan dijalaninya dengan semangat penuh.
"Saya tidak sempurna. Tapi saya akan terus berjuang. Untuk itu saya mohon doa dan dukungan rakyat."
(Mond)
#PrabowoSubianto #Nasional