Selain Puasa Sunah Syawal, Kenali 7 Puasa Sunah Lainnya Beserta Manfaat Lahir dan Batin
Ilustrasi Puasa
Dirgantaraonline - Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga tentang mendekatkan diri pada Sang Pencipta, melatih disiplin, dan membersihkan jiwa. Setelah Ramadan berlalu, banyak umat Muslim melanjutkan ibadah dengan puasa sunah Syawal. Tapi tahukah Anda, masih ada tujuh jenis puasa sunah lainnya yang penuh keberkahan?
1. Puasa Senin dan Kamis: Membuka Pintu Surga Dua Kali Seminggu
Rasulullah SAW dikenal rutin berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah bersabda: “Amal-amal itu diperiksa pada hari Senin dan Kamis. Maka aku ingin amalanku diperiksa dalam keadaan aku sedang berpuasa.”
Manfaatnya bukan hanya spiritual. Secara medis, pola puasa ini dapat membantu mengatur metabolisme dan menyeimbangkan gula darah. Secara psikologis, ia membentuk rutinitas spiritual yang mendalam.
2. Puasa Ayyamul Bidh: Terang Bulan, Terang Jiwa
Ayyamul Bidh adalah puasa pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah. Kata “Bidh” berarti putih, merujuk pada bulan purnama yang terang benderang.
Dari segi spiritual, puasa ini diyakini mampu "mencerahkan" hati yang gelap akibat dosa. Nabi SAW bersabda: “Jika kamu berpuasa tiga hari setiap bulan, maka itu seperti puasa sepanjang tahun…” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Puasa Daud: Pola Puasa Terbaik Sepanjang Masa
Ini adalah jenis puasa yang dilakukan secara berselang-seling: satu hari berpuasa, satu hari berbuka. Rasulullah menyebutnya sebagai puasa yang paling dicintai Allah.
Bukan perkara mudah, tapi ia melatih keseimbangan hidup. Puasa ini menumbuhkan rasa syukur saat berbuka dan kesabaran saat berpuasa. Selain itu, variasi ini menjaga tubuh tetap dalam kondisi adaptif tanpa kelelahan berkepanjangan.
4. Puasa Asyura: Menyelamatkan dari Dosa Setahun Lalu
Dilakukan setiap 10 Muharram, puasa Asyura memiliki nilai historis dan spiritual. Ia mengingatkan pada penyelamatan Nabi Musa AS dari Firaun. Rasulullah bersabda: “Puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Banyak umat Muslim juga menambahkan puasa Tasua (9 Muharram) untuk membedakan diri dari tradisi Bani Israil, sebagaimana dianjurkan oleh Nabi.
5. Puasa Arafah: Keutamaan Tak Tertandingi bagi Non-Jamaah Haji
Bagi mereka yang tidak sedang menunaikan haji, puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah menjadi ibadah yang sangat dianjurkan. Dikatakan bahwa ia menghapus dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya (HR. Muslim).
Puasa ini juga menjadi bentuk solidaritas spiritual bagi jutaan jamaah yang sedang berwukuf di Padang Arafah—sebuah titik klimaks dalam ibadah haji.
6. Puasa di Bulan Sya'ban: Pemanasan Spiritual Menjelang Ramadan
Rasulullah dikenal paling banyak berpuasa di bulan ini selain Ramadan. Bulan Sya’ban seringkali dilupakan, padahal ia menjadi “jembatan hati” menuju kesucian Ramadan.
Puasa ini mendidik jiwa untuk bersiap secara perlahan menuju intensitas ibadah yang lebih tinggi di bulan suci. Secara mental, ia mempersiapkan kondisi batin dan fokus spiritual agar tak kaget saat Ramadan tiba.
7. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal: Pahala Setara Setahun Penuh
Setelah berhari raya, puasa ini menjadi kelanjutan spiritualitas Ramadan. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).
Menariknya, puasa ini fleksibel—boleh dilakukan berturut-turut atau terpisah selama bulan Syawal.
Mengapa Menjalani Puasa Sunah?
Selain pahala dan pengampunan dosa, puasa sunah mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, memperkuat tekad, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Di era serbacepat ini, puasa menjadi bentuk perlawanan terhadap gaya hidup konsumtif dan impulsif.
Dari sisi kesehatan, banyak riset modern membuktikan bahwa pola makan yang melibatkan jeda waktu seperti puasa dapat meningkatkan regenerasi sel, mengurangi risiko penyakit jantung, bahkan memperpanjang usia.
Menjadikan Puasa Sunah Sebagai Gaya Hidup Spiritual
Menghidupkan puasa sunah bukan sekadar ibadah tambahan—ia adalah bentuk kesadaran spiritual dan pengendalian diri yang berdampak luas bagi fisik, mental, dan ruhani. Di tengah dunia yang sering memaksa kita untuk berlari, puasa menjadi momen sakral untuk berhenti, menunduk, dan mengingat kembali siapa diri kita dan untuk apa kita diciptakan.
Jadi, setelah Syawal, jangan berhenti. Jadikan puasa sunah sebagai bagian dari ritme hidup. Karena di balik lapar yang kita tahan, ada kelezatan ruhani yang tak tergantikan.
(***)
#PuasaSunah #PuasaDaud #PuasaAsyura #PuasaSyaban #PuasaSyawal #Islami #Religi