Breaking News

Sindiran Satir Sufmi Dasco: "Ini Bukan Matahari, Tapi Bulan" Menyinggung Isu Politik Tanpa Menyebut Nama

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad

D'On, Jakarta
– Di tengah menghangatnya kembali wacana soal "matahari kembar" di tubuh pemerintahan dan dinamika politik nasional pasca-Lebaran, Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, memberikan komentar bernada satire yang mencuri perhatian.

Saat menghadiri acara halalbihalal yang digelar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di rumah dinas Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, yang juga Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Dasco menanggapi isu tersebut dengan pernyataan yang jenaka namun sarat makna.

“Ini bukan matahari, ini bulan,” ucap Dasco di hadapan para wartawan di Jalan Widya Chandra IV, Jakarta Selatan, Minggu (20/4), sambil tersenyum.

Pernyataan tersebut tentu bukan tanpa maksud. Ketika ditanya lebih jauh, ia menambahkan, “Kalau matahari itu siang, ini malam.” Kalimat sederhana itu menyiratkan sesuatu yang lebih dalam: ada yang mencoba bersinar di saat yang tidak semestinya, atau mungkin hanya memantulkan cahaya dari sumber yang lebih besar.

Membaca Satir Politik Dasco

Ungkapan "matahari kembar" dalam dunia politik Indonesia kerap digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan munculnya dua figur kuat atau sentral dalam satu poros kekuasaan—sesuatu yang secara tradisional dianggap tak sehat atau membingungkan arah komando politik. Isu ini kembali mencuat usai sejumlah menteri dari Kabinet Indonesia Maju berkunjung ke kediaman pribadi Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Solo pada momen Lebaran lalu. Kunjungan tersebut memicu spekulasi tentang adanya poros kekuasaan alternatif yang mulai terbentuk atau setidaknya memperlihatkan sikap politik yang tak sepenuhnya sejalan dengan arus utama koalisi pemerintahan.

Namun, alih-alih memberikan komentar gamblang, Dasco memilih menggunakan gaya sindiran. Dengan menyebut sosok yang sedang disorot bukan sebagai “matahari”, melainkan “bulan”, ia tampaknya ingin menunjukkan bahwa tokoh atau kekuatan politik yang dimaksud bukanlah sumber cahaya utama, melainkan hanya memantulkan kilau dari pusat lain yang lebih terang kemungkinan merujuk pada kekuasaan formal yang saat ini masih dipegang Presiden Jokowi dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Menghindar dari Bahasan Politik

Ketika wartawan mencoba menggali lebih dalam soal kemungkinan pertemuan antara Prabowo dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang dinilai dapat menjadi penentu arah koalisi dan rekonsiliasi politik nasional Dasco memilih untuk menutup ruang diskusi. Ia buru-buru masuk ke dalam mobil dan menutup kaca jendela, sembari berujar, “Halalbihalal ini. Udah ah. Halalbihalal ini, jangan ngomong politik.”

Pernyataan itu, meski singkat, menunjukkan sikap hati-hati Dasco dalam menanggapi dinamika politik yang masih cair. Di satu sisi, ia tampak tidak ingin memperkeruh suasana di tengah upaya menjaga soliditas koalisi; di sisi lain, gaya komunikasinya yang santai namun menyentil bisa menjadi sinyal politik tersendiri.

Isu yang Tak Selesai dalam Sekejap

Spekulasi mengenai "matahari kembar" tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat. Di tengah transisi kekuasaan menuju pemerintahan baru hasil Pemilu 2024, semua manuver, gestur, dan simbolisasi dalam dunia politik akan terus menjadi sorotan publik. Apakah ini sekadar efek Lebaran atau sinyal pergeseran kekuatan politik jangka panjang? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Namun satu hal jelas dalam politik, tidak semua yang bersinar adalah matahari. Kadang, yang tampak terang hanyalah pantulan dari sumber cahaya lain.

(*)

#Politik #Nasional #SufmiDascoAhmad