Teror Preman Sayur di Pasar Baru: Kekerasan, Pungli, dan Akhirnya Penjara
2 Preman Sayur Bikin Resah Pedagang Diringkus Polisi
D'On, Bekasi – Di tengah hiruk pikuk aktivitas pagi Pasar Baru Kota Bekasi, di mana sayur-mayur ditumpuk tinggi dan suara pedagang saling bersahutan, terkuak sebuah kenyataan kelam yang selama ini disimpan rapat oleh para pedagang kecil. Premanisme berkedok ‘jago pasar’ kembali menunjukkan taringnya. Namun kali ini, keberanian warganet mengungkapkan lewat video viral, menjadi titik balik atas ketakutan yang selama ini mereka telan mentah-mentah.
Dua pria yang dikenal sebagai “preman sayur” akhirnya harus mengakhiri ‘karir’ mereka di pasar tradisional tersebut. Aksi kekerasan dan pemerasan yang mereka lakukan terhadap pedagang kecil terekam dalam sebuah video dan diunggah ke media sosial melalui akun TikTok @ceritabekasi_. Dalam video yang mengejutkan itu, terlihat seorang perempuan paruh baya—pedagang sayur—diteror oleh pria berperawakan kasar yang menendang dagangannya hingga berserakan di lantai. Sambil menangis, perempuan itu memohon maaf dan berjanji tidak akan berjualan lagi, hanya untuk menghindari amukan si pelaku.
Keterangan dalam video pun tak kalah menyayat hati:
"Kami pedagang sayur kecil sering dimintai uang Rp2.000–Rp5.000 tergantung permintaan premannya. Kalau tidak diberi, kami dimarahi, dilarang jualan, bahkan ditandai dan tidak boleh jualan lagi keesokan harinya."
Fenomena pungli di pasar bukan hal baru, tapi baru kali ini bukti kekerasan terekam begitu nyata dan menggugah perhatian publik. Tak butuh waktu lama bagi aparat untuk bergerak. Polsek Rawalumbu bertindak cepat, dan hanya beberapa jam setelah video tersebut viral, dua pelaku berhasil dibekuk di sebuah kontrakan yang berjarak kurang dari satu kilometer dari lokasi pasar.
“Alhamdulillah pelaku sudah diamankan oleh Kanit Reskrim Polsek Rawalumbu beserta anggotanya,” ungkap Kapolsek Rawalumbu, AKP Ririn Sri Damayanti, pada Jumat (4/4/2025).
Keduanya kemudian diserahkan ke Polres Metro Bekasi Kota untuk penyelidikan lebih lanjut. Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Binsar Hatorangan Sianturi, menyatakan bahwa kedua pelaku diamankan sekitar pukul 07.30 WIB. Fakta mengejutkan pun muncul dari hasil tes urine mereka—keduanya positif mengonsumsi sabu.
“Proses pemeriksaan masih berlangsung, tapi hasil tes urine menunjukkan keduanya positif sabu,” jelas Kompol Binsar.
Kasus ini membuka mata publik akan kondisi pasar tradisional yang selama ini tampak damai di permukaan, tapi menyimpan ketakutan yang mendalam di antara para pedagang kecil. Premanisme yang merajalela, diiringi intimidasi dan kekerasan, menjadi momok yang terus menghantui mereka.
Namun kini, lewat kekuatan media sosial dan kecepatan respons aparat, angin perubahan mulai terasa. Para pedagang berharap aksi ini bukan sekadar penangkapan sesaat, tapi menjadi awal dari pembersihan total premanisme di pasar-pasar tradisional lainnya.
“Kami hanya ingin jualan dengan tenang, itu saja,” ujar salah satu pedagang sayur yang enggan disebutkan namanya.
Pasar semestinya menjadi ruang ekonomi rakyat, bukan ladang ketakutan. Dan saat satu demi satu preman berkedok 'pengaman pasar' mulai ditumbangkan, harapan untuk keadilan pun kembali tumbuh, meski perlahan.
(Mond)
#Premanisme #Kriminal