Tragedi Berdarah di Yahukimo: 13 Pendulang Emas Tewas Dibantai KKB Papua, Satu Jenazah Masih Terlantar
Tim gabungan kembali mengevakuasi jenazah pendulang emas yang menjadi korban pembantaian oleh KKB di Papua. (Istimewa/Kasatgas Humas ODC)
D'On, Yahukimo, Papua — Aroma kematian menggantung di udara Pegunungan Papua. Sepuluh hari berlalu sejak tragedi kelam mengguncang kamp-kamp pendulangan emas tradisional di Yahukimo. Namun, luka itu belum juga mengering. Total 13 nyawa melayang dalam aksi pembantaian brutal yang didalangi oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Dan satu jenazah hingga kini masih tergeletak di medan terjal, sulit dijangkau bahkan oleh helikopter militer.
Di bawah komando Satgas Operasi Damai Cartenz 2025, tim gabungan terus berjibaku mengevakuasi para korban yang ditemukan tersebar di berbagai titik lokasi yang nyaris tak bisa dijangkau kendaraan. Pencarian yang dilakukan sejak 9 April itu tak hanya menemukan korban, tetapi juga menyisakan cerita tragis tentang kekerasan, pengkhianatan, dan kekejaman yang tak berperikemanusiaan.
"Kami berhasil mengevakuasi 12 jenazah hingga Minggu malam. Tapi satu korban lagi masih berada di Area 33, lokasi pendulangan emas terpencil yang dikuasai KKB. Medannya sangat sulit, bahkan untuk helikopter,” ujar Kombes Pol Yusuf Sutejo, Kepala Satgas Humas Ops Damai Cartenz.
Pembantaian Terencana dan Brutal
Peristiwa keji ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dari tanggal 6 hingga 8 April 2025. Para korban—mayoritas pendulang emas tradisional yang datang dari berbagai daerah Indonesia—dihabisi secara keji di tempat mereka bekerja. Tidak ada peringatan, tidak ada kompromi. Yang tersisa hanyalah tubuh tak bernyawa dan jejak kekejaman.
Satgas mengungkap bahwa aksi pembunuhan ini melibatkan dua kekuatan utama dari kelompok separatis bersenjata: Kodap XVI Yahukimo dan Kodap III Ndugama, dua simpul kekuatan KKB yang dikenal paling agresif di pegunungan Papua. Aksi ini mereka klaim sebagai “serangan terhadap infiltrasi TNI”, dengan dalih bahwa para pendulang adalah personel militer yang menyamar.
Klaim tersebut disuarakan secara terbuka oleh Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Sebby Sambom, yang bahkan menyebarkan foto-foto mengerikan dari para korban di media sosial—sebuah propaganda berdarah yang menuai kecaman luas.
Lokasi Penemuan Korban yang Mencengangkan
Penyisiran dilakukan di lima lokasi berbeda, semuanya berada di titik-titik rawan kekuasaan KKB:
- Tanjung Pamali, Distrik Seradala: 2 jenazah
- Kampung Bingki: 5 jenazah dari dua titik
- Area 22 (Yahukimo): 3 jenazah
- Muara Kum: 1 jenazah
- Area 33: 1 jenazah
- Kabupaten Pegunungan Bintang: 1 jenazah
Setiap lokasi memiliki jejak horor tersendiri. Di Kampung Bingki, misalnya, jasad ditemukan dalam kondisi mengenaskan, sebagian hangus, dan tampak bekas seretan. Di Muara Kum, korban tewas di dekat sungai, diduga mencoba melarikan diri sebelum dihujani tembakan.
Daftar Nama Korban: Potret Duka dari Berbagai Penjuru Negeri
Berikut identitas 12 korban yang berhasil diidentifikasi, sebagian besar merupakan warga sipil biasa yang datang mengadu nasib:
- Wawan Tangahu – Sulawesi Utara (Area 22)
- Suardi Laode alias Kaswadi – Sulawesi Utara (Area 22)
- Stenli Humena – Kepulauan Sangihe (Muara Kum)
- Yuda Lesmana – Dekai (Kampung Bingki)
- Riki Rahmat – Sulawesi Tenggara (Kampung Bingki)
- Muhammad Arif – Dekai (Kampung Bingki)
- Safaruddin – Dekai (Kampung Bingki)
- Abdur Raffi Batu Bara – Dekai (Kampung Bingki)
- Stefanus Gisbertus – Maluku (Tanjung Pamali)
- Zamroni – Jawa Tengah (Tanjung Pamali)
- Ariston Kamma – Sulawesi Selatan (Kab. Pegunungan Bintang)
- Rusli – Papua (Area 22)
Para korban bukan hanya kehilangan nyawa, mereka juga kehilangan hak untuk dilindungi. Mereka adalah saksi bisu dari kegagalan negara dalam menjamin keamanan warganya di daerah rawan konflik.
Operasi Balasan: Mengepung Sarang KKB
Sebagai respons, pemerintah mengerahkan kekuatan besar. Sebanyak 370 personel diturunkan untuk menyisir wilayah pendulangan emas yang selama ini menjadi "zona abu-abu". Rinciannya meliputi:
- 167 personel Polri
- 50 personel TNI dari Kodim Yahukimo
- 40 personel Kopasgat (Korps Pasukan Khas AU)
- 50 personel Marinir
“Operasi ini bukan hanya untuk evakuasi, tapi juga untuk memburu para pelaku,” tegas Kombes Yusuf. “Kami akan tindak tegas siapa pun yang terlibat.”
Luka yang Belum Sembuh, Ancaman yang Belum Usai
Masyarakat Yahukimo dan sekitarnya masih hidup dalam ketakutan. Jerit tangis keluarga korban masih terdengar di berbagai posko pengungsian. Dan satu jenazah yang belum bisa dievakuasi di tengah semak belukar dan kemungkinan dijaga oleh kelompok bersenjata menjadi simbol pilu betapa rumit dan berbahayanya konflik di Papua.
Tragedi ini bukan sekadar angka. Ini adalah potret nyata dari konflik yang terus membara di ujung timur Indonesia. Selama akar masalah tidak dituntaskan dan medan konflik tetap dibiarkan liar, maka tragedi seperti ini hanya tinggal menunggu waktu untuk terulang kembali.
(FN/Mond)
#KKB #Papua #PenambangEmasDibantai #SatgasDamaiCartenz