Tragedi di Balik Secangkir Kopi: Ketika Kehormatan Seorang Istri Tercederai di Dalam Pos Polisi
![]() |
Ilustrasi polisi. Foto: Shutterstock |
D'On, Tangerang Selatan – Di sebuah pagi biasa di kawasan Muncul, Setu, Kota Tangerang Selatan, aroma kopi semestinya menjadi awal cerita yang sederhana—tentang seorang istri yang membantu penghidupan keluarga dengan berjualan kopi. Namun, kisah itu berubah menjadi sebuah tragedi kecil yang mengguncang hati banyak orang, ketika kehormatan seorang perempuan diduga dilecehkan oleh oknum aparat yang seharusnya menjadi pelindung.
Sebuah video mendadak viral memperlihatkan seorang pria tengah meluapkan amarahnya di dalam sebuah pos polisi lalu lintas. Wajahnya tegang, suaranya bergetar bukan hanya karena marah, tapi juga karena merasa dikhianati oleh sistem yang seharusnya melindungi keluarganya. Ia memaki, menunjuk, dan mempertanyakan moralitas sang petugas yang berdiri kaku di hadapannya. Pria itu bukan tanpa alasan, sebab ia mendapat pengakuan dari sang istri: wanita itu mengaku diraba pahanya saat sedang berada di dalam pos polisi, tempat ia sebelumnya biasa menawarkan kopi.
Insiden itu pun memicu gelombang reaksi. Masyarakat geram, media sosial mendidih. Warga mempertanyakan: apakah ini potret nyata dari lembaga penegak hukum kita?
Identitas Terungkap, Perdamaian Dicapai
AKP Agil, Kasi Humas Polres Tangerang Selatan, akhirnya angkat bicara. Ia mengonfirmasi bahwa pria dalam video itu adalah Aiptu Sugiri, anggota Polsek Cisauk. Agil juga mengungkapkan bahwa korban dan keluarganya telah dipertemukan dengan pelaku dalam sebuah proses mediasi yang berakhir damai. "Kami sudah menyelidiki, dan dalam hal ini untuk pihak yang dirugikan, beserta dengan keluarga sudah dilakukan mediasi. Sepakat untuk tidak memperpanjang masalah tersebut yang ditandai dengan adanya surat pernyataan," ujarnya dalam keterangan resmi pada Jumat (11/4).
Namun, proses damai ini memunculkan pertanyaan baru apakah ini benar-benar keadilan?
Permintaan Maaf dan Janji Evaluasi
Kapolsek Cisauk, AKP Dhady Arsya, tidak membantah tindakan bawahannya. Ia menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. "Sebelumnya kami memohon maaf dan menyesalkan terkait perilaku dari personel kami yang menciderai hati dari pihak yang dirugikan dan masyarakat," ucapnya. Ia juga berjanji bahwa kejadian ini akan menjadi evaluasi internal.
Namun, hingga kini, belum ada pernyataan tegas mengenai apakah Aiptu Sugiri akan diberi sanksi atas perbuatannya. Tidak ada kabar tentang pemeriksaan etik, tidak ada informasi tentang penonaktifan sementara, bahkan tidak ada janji untuk transparansi publik dalam penanganan kasus ini.
Suara yang Belum Sempat Didengar
Di balik kesepakatan damai yang ditandatangani, publik bertanya-tanya—apakah korban benar-benar bebas dalam mengambil keputusan, atau tertekan oleh kekuatan simbolik dari seragam dan institusi? Apakah damai berarti keadilan, atau sekadar kompromi atas ketimpangan kuasa?
Perempuan itu mungkin akan kembali menjual kopi esok hari. Tapi ada luka yang tak terlihat, luka yang tercipta bukan karena tangan kasar biasa, tapi karena tangan yang seharusnya melindungi.
Dan kita semua layak bertanya: siapa yang menjaga jika penjaga itu sendiri yang melukai?
(Ucil)
#Pelecehan #Polisi #Peristiwa #Tangsel