Breaking News

Tragedi di Pariaman: Anak Angkat Tabrak Ayah Sambung hingga Tewas, Diduga karena Uang Rp 10 Ribu

RRP (32) diikat tangannya dengan tali jemuran setelah berhasil diamankan warga usai menabrak orang yang telah mengangkatnya menjadi anak sejak ia lahir. (Foto: Satreskrim Polres Pariaman)

D'On, Pariaman -
 Sebuah tragedi memilukan mengguncang warga Kampung Baru Padusunan, Kecamatan Pariaman Timur, pada Rabu sore (16/4). Seorang pria berinisial RRP (32) diduga melakukan tindakan brutal dengan menabrak ayah sambungnya hingga tewas dan semua ini diduga dipicu oleh penolakan memberi uang jajan sebesar Rp 10 ribu.

Kejadian bermula sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu, pelaku dan korban tengah berada dalam sebuah mobil Toyota Kijang Innova berwarna cokelat. Mereka melaju di kawasan depan Rumah Sakit Sadikin, suasana yang sebelumnya biasa saja berubah menjadi mencekam dalam hitungan detik.

Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres Pariaman, Iptu Rio Ramadhani, insiden ini bermula dari permintaan sederhana yang berujung maut. “Pelaku meminta uang jajan sebesar sepuluh ribu rupiah kepada korban. Namun, korban menolak dengan alasan tidak memiliki uang,” ujar Rio dalam konferensi pers yang digelar Kamis malam (17/4).

Namun, penolakan kecil itu justru menjadi percikan yang memicu ledakan emosi sang pelaku. RRP, yang saat itu berada di balik kemudi, diduga langsung kehilangan kendali emosional dan mulai mengendarai mobil secara ugal-ugalan.

Merasa situasi dalam mobil tidak lagi aman, korban kemudian meminta turun di depan rumah sakit. Namun, saat baru saja turun dan berdiri di tepi jalan, malapetaka datang dalam bentuk mobil yang baru saja ditinggalkannya.

Dengan kecepatan tinggi, mobil itu tiba-tiba melaju ke arah korban. Tidak sekali, namun dua kali, RRP diduga sengaja mengarahkan kendaraannya ke tubuh ayah sambungnya—sebuah tindakan yang mengejutkan dan mengerikan. Korban seketika tersungkur dan tidak lagi bergerak. Warga sekitar yang menyaksikan kejadian itu pun panik, sebagian berusaha menolong, sebagian lain berteriak histeris.

Tertangkap di Tempat, Warga Turut Menahan Amarah

Tak lama berselang, pelaku berhasil diamankan oleh warga yang berada di lokasi serta aparat kepolisian yang kebetulan sedang melintas. Ia ditangkap sekitar pukul 17.30 WIB, hanya tiga puluh menit setelah kejadian. Korban sempat dilarikan kembali ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong ia dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian perkara.

Sementara itu, mobil yang digunakan dalam aksi tabrak itu kini telah diamankan sebagai barang bukti.

Anak Angkat, Bukan Darah Daging

Penyelidikan awal mengungkapkan fakta mengejutkan: korban ternyata bukan ayah kandung pelaku. RRP merupakan anak angkat yang dibesarkan sejak bayi oleh korban, yang saat itu belum memiliki anak kandung. Hubungan keduanya, meski tidak terikat darah, selama ini diketahui cukup dekat di mata tetangga.

“Pelaku bukan anak kandung. Sudah diadopsi sejak lahir,” jelas Iptu Rio.

Namun, pertanyaan besar yang kini menggelayuti publik adalah: bagaimana seorang anak meski angkat bisa sampai hati melakukan tindakan keji terhadap sosok yang membesarkannya?

Dugaan Gangguan Kejiwaan

Jawaban atas pertanyaan itu mungkin terletak pada kondisi psikologis RRP. Saat ini, ia tengah menjalani observasi kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb. Saanin, Padang. Polisi menduga bahwa pelaku mengalami gangguan mental, yang kemungkinan besar berperan dalam tindakan fatal yang dilakukannya.

“Status kejiwaannya masih dalam pemeriksaan. Ini akan menjadi pertimbangan dalam proses hukum lebih lanjut,” terang Iptu Rio.

Video Viral dan Reaksi Publik

Tak butuh waktu lama, tragedi ini menjadi viral di media sosial. Sebuah video berdurasi singkat yang merekam detik-detik penabrakan menyebar luas dan memicu gelombang kemarahan publik. Dalam video itu, terlihat jelas mobil yang dikemudikan pelaku melaju kencang dan menghantam korban yang berdiri di pinggir jalan.

Warganet bereaksi keras, banyak yang menuntut hukuman setimpal, namun tidak sedikit pula yang mempertanyakan kondisi mental pelaku dan berharap kepolisian bisa menindak dengan adil dan manusiawi.

Proses Hukum Berlanjut

Sementara pemeriksaan terhadap pelaku masih berlangsung, kepolisian terus melengkapi berkas penyidikan. Proses hukum tetap berjalan, dan hasil observasi dari rumah sakit jiwa akan menjadi penentu apakah pelaku bisa dimintai pertanggungjawaban secara hukum atau tidak.

Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam di tengah masyarakat. Sebuah tragedi yang menunjukkan betapa tipisnya batas antara kasih dan kebencian, antara akal sehat dan amukan emosi bahkan dalam ikatan keluarga yang telah terjalin sejak awal kehidupan.

(Mond)

#Peristiwa #Pariaman