Breaking News

Tragis dan Ironis: Kisah Cinta yang Berujung Pengkhianatan Brutal di Jaluko

Residivis di Jambi Membegal Kekasihnya Sendiri

D'On, Muaro Jambi
 - Apa jadinya ketika cinta berubah menjadi petaka? Inilah kisah memilukan yang terjadi di wilayah Jambi Luar Kota (Jaluko), Kabupaten Muaro Jambi. Seorang gadis remaja berusia 16 tahun menjadi korban kebrutalan orang yang selama ini ia panggil kekasih. Ironisnya, pelaku yang tega melakukan aksi kekerasan dan perampasan itu bukanlah orang asing  melainkan pacarnya sendiri, Adittia (23), yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh aparat kepolisian.

Peristiwa kelam ini terjadi pada akhir Maret 2025, saat korban, yang berinisial NC, bertemu dengan Adittia di sebuah lokasi di kawasan Jaluko. Pertemuan yang semula diharapkan menjadi momen kebersamaan justru berubah menjadi tragedi. Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres Muarojambi, AKP Hanafi Dita Utama, pertemuan itu diduga diwarnai cekcok akibat ucapan korban yang menyinggung perasaan pelaku.

Dari Cinta Menjadi Amarah

Amarah yang meledak tanpa kendali membuat Adittia berubah menjadi sosok mengerikan. Ia memukul leher dan mulut kekasihnya sendiri, bahkan sempat mencekik korban dalam ledakan emosi yang tak tertahan. Beruntung, NC berhasil meloloskan diri dari serangan brutal tersebut. Namun petaka belum berakhir  sepeda motor dan handphone milik NC dibawa kabur oleh Adittia.

Dengan kondisi linglung dan syok berat, NC ditemukan warga dalam keadaan bingung, kehilangan barang berharganya, dan terluka secara psikologis. Setelah kembali ke pelukan keluarga, peristiwa tragis ini langsung dilaporkan ke pihak kepolisian.

Penangkapan dan Masa Lalu Kelam Tersangka

Tim gabungan dari Satreskrim Polres Muarojambi bersama Unit Reskrim Polsek Jaluko bergerak cepat. Berbekal laporan dan hasil penyelidikan, mereka akhirnya berhasil membekuk tersangka pada Senin (14/4/2025) di sebuah mess tempat pencucian motor di kawasan Bagan Pete, Kota Jambi.

Yang lebih mengejutkan, tersangka bukan kali pertama terlibat dalam tindak kriminal kekerasan. Dari penelusuran kepolisian, diketahui bahwa Adittia adalah seorang residivis  pernah menjalani hukuman 4 tahun penjara karena kasus penganiayaan berat yang berujung pada kematian korban.

"Motif pelaku adalah sakit hati terhadap ucapan korban. Tapi itu tidak bisa dibenarkan. Tindakan kekerasan, apalagi terhadap anak di bawah umur, jelas merupakan pelanggaran hukum serius," ungkap AKP Hanafi.

Remaja dan Luka Tak Terlihat

Kasus ini menyoroti realita kelam relasi toksik yang bisa mengancam keselamatan remaja, terutama perempuan. Dalam usia yang masih belia, NC tak hanya harus kehilangan harta benda, tetapi juga kepercayaan terhadap seseorang yang pernah ia anggap sebagai pelindung dan pasangan.

Kini, Adittia harus kembali mendekam di balik jeruji besi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia dijerat dengan pasal berlapis terkait tindak penganiayaan dan pencurian, serta kemungkinan adanya pemberatan karena korban masih di bawah umur.

Peringatan bagi Semua

Tragedi ini menjadi alarm keras bagi masyarakat, terutama para orang tua, untuk lebih waspada terhadap relasi yang dijalani anak-anak mereka. Cinta yang sehat seharusnya membawa rasa aman, bukan luka dan ketakutan.

Kasus ini bukan sekadar tentang kriminalitas. Ia adalah refleksi getir tentang kegagalan kita memahami tanda-tanda bahaya dalam hubungan pribadi. Semoga keadilan ditegakkan, dan korban mendapat perlindungan serta pemulihan yang layak.

(Mond)

#Begal #Kriminal