Wacana Kuda Andong di Malioboro Pakai Pampers: Antara Kenyamanan Wisata dan Realitas di Lapangan
Kusir andong di Kawasan Malioboro, Yogya.
D'On, Yogyakarta – Suasana romantis Malioboro tak lengkap tanpa derap langkah kuda andong yang beriringan menyusuri jalanan penuh nostalgia. Namun, di balik pesona itu, muncul keluhan dari sejumlah pengunjung soal bau pesing yang menyergap hidung di beberapa titik kawasan wisata andalan Yogyakarta ini.
Menanggapi keluhan tersebut, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, melontarkan ide yang cukup mencengangkan: penggunaan pampers atau popok khusus untuk kuda andong. Usulan ini sontak menjadi bahan perbincangan, tidak hanya di kalangan wisatawan dan warga, tapi juga para kusir yang menggantungkan hidupnya dari kendaraan tradisional tersebut.
Untuk menggali respons di lapangan, Pandangan Jogja menemui tiga kusir andong yang tengah beroperasi di kawasan Malioboro. Ketiganya memberikan perspektif yang berbeda, mencerminkan dinamika di balik usulan kebijakan tersebut.
Sugiran: “Lebih baik siram air wangi daripada pasang pampers”
Sugiran (53), seorang kusir asal Bantul yang telah puluhan tahun mengemudikan andong, menanggapi usulan itu dengan nada kritis namun konstruktif. Baginya, penggunaan pampers pada kuda bukan solusi praktis, apalagi jika menimbang aspek kenyamanan hewan dan efektivitas jangka panjang.
“Saya rasa lebih baik kalau para kusir diwajibkan membawa air dan wewangian. Jadi setiap kali kuda kencing, langsung disiram, bersih, dan tidak berbau,” ujar Sugiran sembari memperlihatkan botol semprotan berisi air mawar yang selalu dibawanya.
Kuda jantan miliknya, kata Sugiran, memiliki kebiasaan buang air di tempat tertentu. Ia mengaku sudah hafal ritme dan lokasi kuda itu biasa buang air kecil. Dengan begitu, ia bisa sigap membersihkan tanpa menunggu keluhan datang.
Haryadi: “Kalau aturannya wajib, ya saya ikut saja”
Berbeda dengan Sugiran, Haryadi (50), kusir asal Sleman, memilih bersikap netral dan siap mengikuti apapun keputusan pemerintah kota. Menurutnya, selama kebijakan tersebut diterapkan secara merata dan tidak memberatkan satu pihak saja, ia siap beradaptasi.
“Kalau itu kebijakan resmi, ya saya ikut. Toh, kalau semua wajib pakai, berarti adil,” ujarnya singkat. Ia hanya berharap, jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, ada pendampingan teknis agar para kusir paham bagaimana cara memasang popok pada kuda, serta bantuan fasilitas pendukung.
Srimandoyo: “Saya rasa susah, kudaku betina”
Srimandoyo (72), kusir senior asal Bantul, mengungkapkan kekhawatiran yang lebih teknis. Ia menggunakan kuda betina yang menurutnya memiliki postur dan anatomi berbeda, sehingga membuat pemasangan popok menjadi tantangan tersendiri.
“Kalau popok dipakaikan ke kuda betina, saya rasa susah nalinya. Nggak gampang,” keluhnya.
Ia menambahkan, selama ini dirinya sudah terbiasa membersihkan sisa kencing kuda setelah beroperasi, dan tak jarang menggunakan air sabun atau cairan wangi untuk mengurangi bau.
Antara Estetika Kota dan Kesejahteraan Kuda
Meski berasal dari latar belakang berbeda, ketiga kusir tersebut sepakat bahwa menjaga kebersihan Malioboro adalah tanggung jawab bersama. Mereka mengakui bahwa aroma pesing memang bisa mengganggu, terutama saat cuaca panas dan volume kunjungan meningkat. Namun mereka juga menegaskan pentingnya mempertimbangkan kenyamanan kuda dan kelayakan teknis dalam penerapan solusi.
Mereka berharap pemerintah tidak hanya mengeluarkan kebijakan dari balik meja, tetapi juga turun langsung melihat kondisi di lapangan. Perlu ada dialog antara pihak otoritas, para kusir, serta pihak-pihak terkait lainnya untuk mencari solusi yang tidak hanya estetis, tapi juga realistis dan berkelanjutan.
Catatan Akhir: Mencari Titik Temu
Wacana pampers untuk kuda andong mungkin terdengar sederhana, tapi sesungguhnya memuat kompleksitas sosial, budaya, dan teknis di dalamnya. Di satu sisi, kota ingin tampil bersih dan wangi; di sisi lain, para pekerja lapangan menghadapi kenyataan sehari-hari yang tidak bisa diselesaikan dengan solusi instan.
Pertanyaan besarnya adalah: apakah Malioboro bisa bersih tanpa mengorbankan kearifan lokal dan kesejahteraan hewan? Jawabannya mungkin ada di tengah jalan di mana kebijakan bertemu empati, dan tradisi berjalan seiring dengan inovasi.
(Cahyoko)
#AndongPakaiPampers #Andong #Yogyakarta